Ini adalah wilayah dimana Jamaah haji bermalam dan juga mengumpulkan kerikil untuk lempar Jumrah. Wilayah ini adalah tempat terbuka. Dimana yang terlihat biasanya hanya padang pasir dan jalan raya yang lebar. Jamaah Umrah biasanya juga diajak untuk tour dan melihat tempat ini, meskipun mungkin hanya sekilas.
Juga dikenal sebagai Al-Mashar Al-Haram atau Al-Mashar, Muzdalifah adalah wilayah yang terletak di antara Gunung Arafat dan Mina, dekat Makkah di wilayah Hijazi Arab Saudi. Di tempat ini, Jemaah menghabiskan malam 9 Dhul Hijjah di Muzdalifah di bawah langit terbuka.
Apa itu Muzdalifah?
jamaah muslim menuju muzdalifah Muzdalifah panjangnya empat kilometer dan luasnya 12,25 kilometer persegi. Itu membentang dari pegunungan Ma'zamayn ke Lembah Muhassar. Muzdalifah merupakan kawasan terbuka yang terletak di dekat Makkah, Arab Saudi, di wilayah Hijazi. Muzdalifah terletak di sebelah tenggara Mina dan terletak di jalur antara Gunung Arafah dan Mina.
Berbeda dengan Mina, tidak ada tenda atau fasilitas akomodasi lainnya di Muzdalifah. Meskipun ada banyak lampu. Untuk lampu ini, memang masih cukup terang. Secara umum, lampu -lampu di Saudi tergolong terang. Untuk lampu jalan, kita bisa melihat cukup jelas dan jauh kedepan dengan lampu jalan saja. Namun, tetap tidak seterang siang hari.
Jadi, ada bagusnya jika saat Anda naik Haji, Anda juga membawa senter. Alat ini bisa menolong Anda mencari barang – barang kecil dari tas atau lainnya.
Batas-batas Muzdalifah ditandai dengan rambu-rambu besar berwarna ungu. Ada juga sebuah masjid bernama Mashar Al-Haram, yang berarti 'monumen suci.' Itu terletak di lokasi yang dulunya adalah sebuah gunung kecil.
Pada saat menginap di Muzdalifah, ada dua hal yang bisa kita lakukan:
Berdoa: Disarankan untuk menghabiskan malam di Muzdalifah berdoa kepada Allah SWT.
Istirahat: Untuk mempersiapkan diri dengan baik selama tiga hari haji berikutnya. Kita akan Kembali ke Mina dan melempar Jumrah untuk 3 hari berturut – turut.
Pada saat berkunjung ke Muzdalifah, Jamaah haji akan bermalam hingga fajar. Kecuali orang yang kesulitan melakukannya dan bisa juga wanita.
Nabi sendiri, mengirimkan Jamaah yang lemah secara fisik untuk Kembali ke Mina malam harinya. Misalnya, orang tua dan anak – anak. Mereka tidak menunggu hingga fajar.
Selama bermalam, tidak ada Ibadah secara khusus yang dijalankan. Hanya saja, sholat Maghrib dan Isya dilakukan dengan jamak atau digabung.
Diluar itu, Jamaah biasanya mengumpulkan batu untuk melempar jumrah. Ukuran batunya sesuai sunnah adalah sebesar kacang dan jangan terlalu besar atau terlalu kecil. Meskipun tidak ada panduan pasti untuk ukurannya. Yang pasti, jika besar takutnya jika meleset bisa mengenai Jamaah lainnya.
Untuk jumlahnya, yang paling standar adalah 49 kerikil. Namun, jika Anda memenuhi semua, maka Anda perlu 70 kerikil.
adalah 7 kerikil untuk hari pertama. Kemudian 21 untuk hari kedua. 21 lagi untuk tanggal 12 Dzulhijah. Jika Anda merasa cukup, maka bisa berhenti disini. Jika belum, bisa melempar Kembali pada 21 lagi dilemparkan pada 13 Dzulhijjah
Untuk batu ini, tersedia juga tempat yang memang sudah dipersiapkan untuk mengambilnya. Jadi, ada tempat khusus dan bertanda. Namun, jamaah bisa mencarinya sendiri di tempat lainnya.
Untuk Jamaah Haji plus, biasanya batu sudah disediakan dan tidak perlu mencari sendiri.
Batu ini, sesuai panduan Departemen Agama kita dapatkan di Muzdalifah. Namun, ini adalah sunnah yang terbaik. Jika tidak, sebenarnya bisa juga kita dapatkan dari tempat lainnya. Jadi, kita gunakan saja yang disunahkan di Muzdalifah, karena tentu lebih utama.
Muzdalifah ini akan kosong hanya berupa lapangan pada hari – hari biasa. Jamaah Umrah yang berkunjung biasanya hanya melihat jalanan luas yang sunyi, kecuali dilewati bus – bus Jamaah lain yang juga pergi kesana.